Buku Digital : Lafadz Allah

Hits: 5

Assalamualaikum Wr Wb

Bismilllah, dengan niatan ibadah maka mulai Ramadhan ini sy belajar membuat Buku..

Jangan Lupa…

Instal Aplikasi Ketik, untuk bisa membaca Buku Digital sy berjudul Lafadz Allah di kepala. Buku ini bercerita dari awal sampai sekarang tentang kejadian2 diluar nalar di diri sy, sampai munculnya Lafadz Allah dikepala sy tahun 2013.

Wassalam

Tangan X

Hits: 4

Berdasarkan kepercayaan kuno, garis tangan diyakini berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, bahkan menjadi tanda yang menggambarkan masa depan, karier, kehidupan, asmara, hingga masalah keuangan dan kesehatan.

Garis tangan juga menjadi kajian serius orang-orang zaman dahulu.

Jika dirunut dari sejarahnya, studi garis tangan sudah mulai dipraktikan sejak ribuan tahun lalu di India. Sebagaimana yang ditemukan dalam kitab Hindu.

Dari India, kemudian hal ini menyebar ke seluruh dunia, semisal ke China, Tibet, Mesir, Persia, dan beberapa kawasan lainnya di Eropa.

Dalam dokumen lainnya disebutkan pula bahwa Alexander The Great atau Alexander Agung juga memiliki minat untuk memelajarinya.

Ini bermula sejak ia penasaran dengan garis tangannya sendiri.

Ia diyakini memiliki garis tangan yang unik yang tak seorang pun menyamainya.

Seorang cerdik pandai asal Mesir, meyakini bahwa Alexander Agung memiliki garis tangan berbentuk huruf X yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain di dunia.

Bahkan dikatakan hanya ada 3% dari seluruh populasi di dunia ini yang memiliki garis tangan serupa.

Untuk menguji kebenaran klaim tersebut, STI University Moskow melakukan serangkaian penelitian untuk membuktikannya.

Mereka lantas memaparkannya lewat dokumen penelitian yang berjudul Garis Tangan X dan Hubungannya dengan nasib si pemiliknya.

Dalam penelitian yang menggunakan sample lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki bentuk garis tangan huruf X merupakan sosok seorang pemimpin yang memiliki pengaruh sangat besar di zamannya.

Mereka juga dikenang atas jasa-jasa besar mereka.

Beberapa diantara orang yang memiliki bentuk garis tangan ini antara lain Alexander The Great, Abraham Lincoln dan yang masih hidup yakni Vladimir Putin.

Mereka yang memiliki simbol huruf X di kedua telapak tangannya, bakal dikenang atas jasa-jasa besarnya sangat lama setelah kematiannya.

Sementara mereka yang memiliki simbol huruf X hanya di salah satu tangannya, ia akan menjadi orang yang sangat sukses serta menjadi orang terkenal.

Tak hanya itu, orang – orang ini juga diyakini memiliki intuisi indera keenam sangat kuat.

Mereka bisa merasakan akan datangnya bahaya, ancaman dan hal lainnya yang mengancam dirinya.

Mereka seolah dilindungi oleh energi positif di sekeliling tubuhnya.

Mereka juga akan dengan mudah mengetahui jika ada seseorang yang berbohong padanya.

Intuisinya pun sangat kuat untuk menyadari bahaya dari orang-orang yang iri maupun hendak berbuat jahat padanya.

Mereka mungkin akan memaafkan orang tersebut, tapi mereka tak akan melupakannya. Yang pasti, mereka sulit untuk dicelakai.

Lantaran intuisinya sudah memberikan alarm sebelum kejahatan itu benar-benar dilakukan kepadanya


Puasa Membuat Batin Tajam Dengar Isyarat Gaib

Hits: 3

Puasa Membuat Batin Tajam Dengar Isyarat Gaib

RASULULLAH Saw bersabda dalam sebuah hadis bahwa dengan puasa kita belajar mengendalikan hawa nafsu serta mengendalikan setan yang menipu dan menjebak kita. Pada waktu kita puasa, kita membelenggu setan, membuka pintu surga dan menutup pintu neraka.

Kita belajar menahan setan supaya tak masuk ke dalam tubuh kita. Salah satu pintu masuk setan ke dalam tubuh kita adalah melalui makan dan minum. Kita tutup pintu-pintu itu pada waktu siang hari. Kita melemahkan setan; membuatnya tak berdaya. Puasa adalah latihan mengendalikan hawa nafsu.

Di dalam tarekat, puasa adalah upaya mengendalikan diri kita secara lahiriah dan secara batiniah. Secara lahiriah, kita mengendalikan diri dengan mempuasakan seluruh panca indera kita. Dalam ilmu kebatinan, ketika kita melakukan semedi, kita harus menutup tujuh pintu masuk setan. Tujuh pintu itu adalah tujuh lubang dalam tubuh kita. Di antaranya mata, telinga, mulut, dan hidung. Dengan cara itu, kita dapat masuk ke dalam alam kesucian.

Secara lahiriah, puasa yang pertama di dalam tarekat adalah puasa menutup mulut kita atau puasa bicara. Puasa bicara berarti meninggalkan pembicaraan yang kotor atau menggunjing orang lain. Dalam hadis Shahih Bukhari, Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihitung mukmin, orang yang suka melaknat orang lain, suka menyakiti hati orang lain, atau berkata kotor.”

Ketika kita tak berpuasa pun, hal itu tidak boleh dilakukan, apalagi ketika kita sedang berpuasa. Yang dimaksud dengan puasa bicara adalah setelah meninggalkan pembicaraan tersebut di atas, kita menambah atau memperlebar puasa bicara kita dengan tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu. Kita tidak berbicara yang tidak berguna. Ciri mukmin yang sejati adalah menghindarkan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya.

Yang dimaksud dengan manfaat di dalam hal ini adalah mendekatkan diri kepada Allah swt. Perkataan yang tidak membawa kita dekat kepada Allah swt adalah perkataan yang tidak bermanfaat. Hentikanlah perkataan seperti itu di dalam bulan puasa. Sebaiknya kita gantikan obrolan kita dengan memperbanyak zikrullah, zikir kepada Allah swt.

Mengobrol tanpa menggunjingkan atau menyakiti orang lain memang diperbolehkan dalam agama. Tidak ada salahnya dalam hal itu. Tapi alangkah lebih baiknya bila waktu mengobrol itu kita ganti dengan berzikir kepada Allah.

Kita mengurangi suara mulut kita. Jika mulut kita terlalu banyak bicara, kita takkan sanggup lagi mendengarkan suara hati nurani kita. Siti Maryam as dalam Alquran dikisahkan pernah berpuasa tidak bicara. Ketika Maryam hilang dari kampung halamannya dan kembali setelah sekian lama dengan seorang bayi, orang-orang bertanya, “Hai saudara perempuan Harun, kau pulang dengan sesuatu yang aneh. Padahal kami mengenal engkau bukan sebagai perempuan nakal, melainkan perempuan saleh. Mengapa tiba-tiba kau pulang membawa anak?”(QS. Maryam: 28).

Siti Maryam as diperintahkan Allah untuk puasa bicara. Ia disuruh untuk tidak menanggapi tuduhan yang macam-macam itu. Maryam hanya menjawab, “Aku sudah bernadzar kepada Allah yang Mahakasih bahwa hari ini aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun.” Maryam berjanji kepada Allah untuk berpuasa bicara. Karena Maryam puasa bicara, maka ia mampu mendengar suara bayi dalam kandungannya. Waktu itu juga, ketika Maryam membawa anak kecil, bayi itulah yang menjawab hujatan orang-orang. Bayi itu menjawab, “Salam bagiku ketika aku dilahirkan ketika aku mati dan pada waktu aku dibangkitkan nanti.”(QS. Maryam: 33).

Menurut Sayyid Haidar Amuli, bila kita terlalu banyak bicara, kita takkan mampu untuk mendengarkan isyarat-isyarat gaib yang datang kepada kita. Kita juga menjadi tak sanggup mendengar kata-kata hati nurani kita. Suara mulut kita terlalu riuh sehingga isyarat-isyarat dari alam malakut (alam ruh) tak terdengar oleh batin kita. Kita terlalu banyak mendengarkan suara kita sendiri.

Puasa bicara diajarkan di dalam Alquran khusus kepada orang-orang saleh yang tidak hanya menjalankan syariat saja tetapi juga ingin memperindah syariatnya dengan usaha lebih lanjut. Puasa tarekat tidak berarti meninggalkan puasa syariat. Puasa tarekat adalah memperindah puasa syariat; menghiasnya agar lebih bagus.

Ketika kita berpuasa, setelah kita meninggalkan kata-kata kotor dan menyinggung perasaan orang, kita juga meninggalkan kata-kata yang biasa-biasa. Hanya supaya pembicaraan kita tidak mengambil alih zikir yang seharusnya kita lakukan di bulan Puasa. Nabi Zakaria as, ketika diberitahu bahwa ia akan mempunyai anak yang bernama Yahya, merasa amat bahagia karena dalam usianya yang amat tua, ia belum juga dikaruniai seorang putra. Zakaria as sering berdoa, “Tuhanku, sudah rapuh tulang-tulangku, sudah penuh kepalaku dengan uban, tapi aku tak putus asa berdoa kepada-Mu.” (QS. Maryam: 4).

Satu saat, Tuhan menjawab, “Aku akan memberi kepadamu seorang anak.” (QS. Maryam: 7) Zakaria as hampir tidak percaya, “Bagaimana mungkin aku punya anak, ya Allah. Padahal istriku mandul dan aku pun sudah tua renta.” (QS. Maryam: 8) Lalu Tuhan menjawab, “Hal itu mudah bagi Allah. Bukankah kamu pun asalnya tiada lalu Aku ciptakan kamu.” (QS. Maryam: 9) Zakaria masih penasaran dan ia minta kepada Allah, “Apa tandanya, ya Allah?” Tuhan menjawab, “Tandanya ialah kau harus puasa bicara. Kau tidak boleh berkata kepada seorang manusia pun selama tiga hari berturut-turut.” (QS. Maryam: 10).

Zakaria as diperintahkan Tuhan untuk mensyukuri nikmat yang diterimanya dengan berpuasa bicara. Itulah juga nasihat kepada seorang suami yang istrinya sedang mengandung; belajarlah puasa bicara. Usahakan sesedikit mungkin berbicara. Insya Allah, jika selama istri kita mengandung, kita berpuasa bicara, maka Allah akan memberikan kepada kita seorang anak seperti Yahya yang cerdas, arif, berhati lembut dan suci, bertakwa kepada Allah swt, dan sangat berkhidmat kepada orang tuanya, tak pernah memaksakan kehendaknya. Itulah ganjaran kepada orang yang puasa bicara.

Puasa bicara adalah puasa tarekat. Hanya dengan puasa bicara, batin kita menjadi lebih tajam untuk mendengarkan isyarat-isyarat gaib, mendengarkan hati nurani. Ketika kita terlalu banyak bicara, kita menjadi tuli.

Dalam peristiwa mikraj diceritakan ketika Nabi Muhammad saw isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, beliau melihat di pertengahan jalan ada seorang yang mengguntingi lidahnya berulang kali. Malaikat Jibril menjelaskan, “Itulah tukang-tukang ceramah yang suka memberikan nasihat kepada orang banyak tetapi ia tidak mempraktikkan apa yang ia khotbahkan.”

Perbedaan antara Jin, Setan, Iblis dan Malaikat

Hits: 4

Perbedaan antara Jin, Setan, Iblis dan Malaikat

Jin : terbuat dari api. Ada yg ibadahnya bagus dan tidak

Setan : bukan makhluk, tapi berupa sifat yg jelek. Ada dimanusia dan jin

Iblis : raja / nenek moyang bangsa jin

Malaikat : terbuat dari cahaya. Bukan sebangsa jin atau Iblis

Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya.

Sesungguhnya Allah I telah mengutus nabi kita Muhammad n dengan risalah yang umum dan menyeluruh.

Tidak hanya untuk kalangan Arab saja namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun bagi umat seluruhnya. Bahkan Allah I mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin dan manusia.

Allah berfirman:

“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158) Rasulullah bersabda:

“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya sedang aku diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah z)

Allah juga berfirman:

“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang mendengar-kan Al-Qur`an. Maka ketika mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata: ` Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya)’.

Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan setelah Musa, yang membenar-kan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan jalan yang lurus.

Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepas-kan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada bagi-nya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata’.” (Al-Ahqaf: 29-32)

Jin Diciptakan Sebelum Manusia

Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya.

Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang mengingkari-nya.

Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang menging-karinya yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.

Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak.

Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)

Anehnya orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru.

Dia mengatakan: “Sesungguhnya jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena ia tidak dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah minal Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t)

Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah I dalam firman-Nya:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 26-27)

Karena jin lebih dulu ada, maka Allah I mendahulukan penyebutannya daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti halnya manusia. Allah I berfirman:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyem-bah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Jin, Setan, dan Iblis

Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya.

Sehingga eksistensinya sebagai makhluk Allah I tidak lagi diragukan, berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat? Yang pasti, Allah I telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:

“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 27) Juga firman-Nya:

“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (Ar-Rahman: 15) Rasulullah n bersabda:

“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.” (HR. Muslim no. 2996 dari ’Aisyah x)

Adapun Iblis, maka Allah I berfirman tentangnya:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…” (Al-Kahfi: 50)

Ibnu Katsir t berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaannya, karena dia sesungguhnya diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat adalah dari cahaya.

Maka Allah I mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari api.

Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)

Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan, beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih.

Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesat-kannya. Adapun yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas mereka itu bodoh.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Siapakah Iblis?

Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat atau dari jin. Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri.

Beliau menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.)

Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash dalam kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120).

Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut. Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah:

“…yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (Al-Anbiya`: 27)

2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis.

Dia adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.”

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.

” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”

Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas. Alasannya adalah firman Allah:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)

Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat. Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, insya Allah, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.

Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat.

Karena susunan kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).

Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan dari ulama salaf.

Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu.

Dan di antaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang selainnya dari berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)

Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan selainnya, bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.” (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)

Siapakah Setan?

Setan atau Syaithan dalam bahasa Arab diambil dari kata yang berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata yang berarti terbakar atau batal.

Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah I (Al-Misbahul Munir, hal. 313).

Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.

Demikianlah Allah berfirman:

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)

(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).

Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar z, ia berkata: Aku datang kepada Nabi dan beliau berada di masjid. Akupun duduk.

Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.

” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.”

Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.” Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini:

“Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)

Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi n dalam riwayat Muslim:

“Anjing hitam adalah setan.”

Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)

Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.

Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang lemah. (ed) Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan manusia, Allah I berfirman:

“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’, Allah berfirman:

‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.

Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka.

Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 14-17) Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah :

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi: 50)

Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)

Penggambaran Tentang Jin

Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.

Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi t mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad.

Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan:

‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah atasnya.

Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan:

‘Tidak ada kesempatan meng-inap’. Jika seseorang makan dan meng-ucapkan bismillah, maka setan berkata:

‘Tidak ada kesempatan menginap dan ber-santap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kala-jengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung.

Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam.

Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)

Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik.

Sedangkan jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah n berkata kepada Abu Hurairah z:

“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.

” Abu Hurairahzberkata: “Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”

Aku bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”

Beliau menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin).

Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah z, dalam riwayat Muslim disebutkan : “Semua tulang yang disebutkan nama Allah padanya”, ed)

Gambaran Tentang Iblis dan Setan

Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah.

Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani menentang perintah Allah saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam.

Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)

Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis menjawab:

“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raf: 12)

Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas batil karena bertentangan dengan perintah Allah yang menyuruhnya untuk sujud.

Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi nash.

Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka konse-kuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!

Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis sesat dari Allah I untuk mereka. Allah I mengingatkan kita dengan firman-Nya:

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.

Ia menanggalkan pakaian kedua-nya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27)

Karena setan sebagai musuh kita, maka kita diperintahkan untuk menjadi musuh setan. Allah berfirman

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

Allah berfirman:

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi: 50)

Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.

Ini Ciri-Ciri  orang yang Paling Disukai Jin!

Hits: 6

Kesimpulan :

-Jangan pemarah
-Jangan pake jimat2 Dan pengasihan
-Berrdoa sblm tidur
-Beribadah adalah pertahanan terbaik, sbb ruqyah itu sifatnya sementara

—-

*Ini Ciri-Ciri orang yang Paling Disukai Jin!*

Menyukai lawan jenis sudah menjadi hal yang lumrah dan pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Tapi apa jadinya jika yang suka pada Anda justru bukan dari dimensi yang sama alias makhluk halus?

Percaya atau tidak, kejadian tersebut ternyata cukup sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Pada artikel kali ini, Okezone mencoba menelusuri lebih lanjut, alasan-alasan yang membuat makhluk halus atau jin bisa kesemsem dengan manusia.

Selidik punya selidik, hal ini ternyata berkaitan erat dengan aura yang dimiliki oleh seseorang. Itulah gambaran singkat dari hasil wawancara Okezone dengan seorang perempuan Indigo bernama Furi Harun.

Menurut Furi, makhluk halus menyukai manusia dari auranya. Berbeda dengan orang normal yang terkadang terpesona oleh kecantikan atau ketampanan lawan jenis mereka.

“Mereka (makhluk halus) tidak melihat tampilan fisik kita, tapi lebih kepada aura. Biasanya orang yang memiliki aura berwarna merah paling sering ditempelin atau disukai. Peka atau tidak, ganteng atau tidak, tapi kalau aura merah potensinya disukai lebih tinggi,” papar Furi Harun saat dihubungi Okezone via sambungan telepon, Sabtu (6/4/2019).

Furi menjelaskan, orang-orang beraura merah ini bisa dilihat dari karakteristik dan perilakunya sehari-hari.

“Orang beraura merah itu yang jarang berdoa dan beribadah. Mereka memang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tapi juga punya sikap yang emosional dan lebih mudah marah,” tambahnya.

Selain itu, Furi tidak memungkiri bahwa orang-orang yang semasa hidupnya memiliki ‘pegangan’ seperti memakai susuk, masang pelet, atau mempelajari ilmu pengasihan, ternyata juga dapat mengundang perhatian makhluk halus yang ada di sekitarnya.

Contoh paling nyata bisa dilihat pada video yang sempat dirilis Okezone dengan tema ‘Menguak Misteri Jembatan Panus Depok, Mereka Semakin Banyak’, beberapa waktu lalu. Pada saat syuting berlangsung, salah seorang crew tiba-tiba muntah tanpa sebab yang jelas.

Setelah diterawang Furi, rupanya salah satu penunggu tempat tersebut suka pada pria itu. “Iya kemarin dia sampai muntah-muntah karena ada penunggu yang suka dengan yang ada di dalam tubuhnya. Dia itu punya ilmu pengasihan,” ungkap Furi.

Untuk membersihkan tubuh dari gangguan-gangguan makhluk halus, Furi menyarankan agar rajin beribadah dan berdoa. Yakinilah kepercayaan masing-masing dan perkuatlah iman kepada sang Maha Pencipta. Hanya dengan cara inilah makhluk halus atau jin terlepas dari tubuh mereka.

“Sebetulnya, proses ruqyah dan lain-lain itu tidak akan mempan kalau di dalam hati kita tidak ada keyakinan kepada Tuhan. Biasanya makhluk halus akan kembali lagi setelah proses ruqyah selesai,” tegasnya.

Furi juga sempat membeberkan unik tentang kisah seorang manusia yang disukai oleh makhluk halus. Dalam beberapa kasus, orang-orang dengan aura bagus sekali pun bisa dijahili oleh makhluk halus.

“Kalau kasus seperti ini paling sering Genderuwo. Biasanya kalau ada perempuan yang tidur sendirian di dalam kamar atau rumah, terus dia tidak baca doa dulu sebelum tidur, biasanya akan digangguin,” kata Furi.

“Jadi secapek-capeknya Anda beraktivitas, sempatkan waktu untuk cuci muka dan berdoa. Buat umat Muslim bisa mengambil wudhu sebelum naik ke tempat tidur. Cara ini bisa membentengi diri dari gangguan-gangguan makhluk halus,” tukasnya.