Hits: 9
Apa itu Penyakit Hati bernama Istibta’ ?
Penyakit hati “Istibṭā’” (اِسْتِبْطَاءُ الجَوَابِ) adalah sikap tergesa-gesa dalam menuntut jawaban doa, atau merasa bahwa Allah lambat dalam mengabulkan doa, sehingga menimbulkan keraguan, kekecewaan, atau bahkan putus asa terhadap rahmat Allah. Ini merupakan salah satu penyakit hati yang halus tapi berbahaya, karena secara tidak langsung mencerminkan buruk sangka kepada Allah.
Makna dan Penjelasan Istibṭā’
“Istibṭā’ al-ijabah” adalah ketidaksabaran terhadap waktu pengabulan doa, padahal Allah Maha Mengetahui kapan waktu terbaik untuk mengabulkan doa, dan bagaimana bentuk terbaik dari pengabulannya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Termasuk dari adab dalam berdoa adalah tidak tergesa-gesa dan tidak berkata, ‘Aku sudah berdoa, namun belum juga dikabulkan,’ padahal ia terus melakukan perbuatan yang menghalangi pengabulan.”
(Al-Jawāb al-Kāfī)
Dalil dari Al-Qur’an
1. Surah Al-Baqarah: 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Ini menunjukkan bahwa penundaan jawaban doa bisa jadi adalah bentuk rahmat dan kebaikan dari Allah.
2. Surah Ghafir: 60
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
Allah menjanjikan akan menjawab doa, tapi tidak menyebutkan waktunya, karena pengabulan bisa langsung, ditunda, atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik.
Hadits Terkait Istibṭā’
1. HR. Bukhari dan Muslim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Akan dikabulkan doa salah seorang dari kalian selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu mengatakan: ‘Aku telah berdoa, namun belum juga dikabulkan.’”
(HR. Bukhari no. 6340, Muslim no. 2735)2. HR. Ahmad
“Sesungguhnya Allah akan senantiasa mengabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutus silaturahmi, dan selama ia tidak tergesa-gesa.”
(HR. Ahmad, shahih)
Nasehat Agar Terhindar dari Penyakit Istibṭā’
1. Yakin kepada janji Allah: Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, dan setiap doa akan dikabulkan dalam bentuk terbaik menurut-Nya.
2. Perbaiki kualitas doa: Perhatikan adab, keikhlasan, waktu yang mustajab, serta kondisi hati saat berdoa.
3. Jangan berburuk sangka kepada Allah: Ingat bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik dan kapan waktu yang paling tepat.
4. Sabar dan istiqamah dalam berdoa: Jadikan doa sebagai ibadah, bukan semata alat untuk mendapatkan sesuatu.
5. Ingat tiga bentuk pengabulan doa:
• Dikabulkan langsung.
• Ditunda hingga waktu yang tepat.
• Diganti dengan yang lebih baik atau diampuni dosanya.
Penutup
Penyakit istibṭā’ adalah bentuk buruk sangka kepada Allah yang bisa melemahkan keimanan. Maka, seorang hamba yang cerdas adalah yang tetap optimis, bersabar, dan terus memperbaiki hubungannya dengan Allah, yakin bahwa setiap doa akan kembali padanya dalam bentuk yang paling bermanfaat.