Lelaki yang doanya selalu dikabulkan Allah

Hits: 58

Lelaki Yang Doanya Selalu Dikabulkan Allah

DI dalam Shahih Muslim, Usair bin Jabir meriwayatkan bahwa setiap datang masyarakat rombongan Yaman, Khalifah Umar bin Khathab radiallahu anhu selalu bertanya, “Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?” Ada apa sebenarnya dengan Uwais? Mengapa orang sehebat Umar bin Khathab bertanya tentang Uwais? Kita lihat bagaimana selanjutnya kisah ini.

Begitu Uwais datang, Umar berkata, “Apakah kamu Uwais bin Amir?” Uwais menjawab, “Iya benar.” Umar bertanya lagi untuk meyakinkan, “Apakah kamu berasal dari masyarakat Murat kemudian masyarakat Qaran?” Uwais menjawab, “Iya.” Kemudian Umar bertanya lagi, “Dulu kamu pernah punya sejarah sakit, berubah warna kulitnya kemudian sembuh tapi tersisa hanya sebesar uang dirham dan masih ada bekasnya?” Uwais menjawab, “Ya.”

Kemudian Umar masih bertanya lagi untuk meyakinkan, “Kau punya seorang ibu?” Kemudian Uwais menjawab, “Ya.” Barulah Umar yakin dengan semua data yang ditanyakan. Ternyata, Uwais al-Qarni ini telah disebut-sebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau masih hidup.

Padahal Uwais tidak pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentang barokahnya Uwais ini, Rasulullah sampai berkata, “Akan datang kepada kalian, seseorang bernama Uwais ibn Amir bersama rombongan masyarakat Yaman. Dia berasal dari Murat kemudian dari Qaran. Dia pernah sakit kemudian berubah warna kulitnya, dan ketika sembuh yang tersisa hanya sebesar dirham. Dia punya seorang ibu, betapa baktinya Ia kepada ibunya.”

Ternyata semua yang ditanyakan Umar, itulah kalimat Nabi. Umar ingin memperjelas data ini, benarkah data ini? Kalau memang benar, maka benarlah ia Uwais ibn Amir. Apa istimewanya Uwais? Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan, “Kalau ia bersumpah Demi Allah, Allah akan penuhi permintaannya.” Subhanallah. Ada orang yang kalau dia berdoa dan bermunajat, pasti Allah kabulkan. Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Kalau ada di antara kalian yang bisa mendapatkan doa ampunan dari Uwais, maka mintalah.”

Maka Umar bin Khattab bertanya tentang Uwais itu untuk meminta doa ampunan ini, karena pasti dikabulkan. Semua permintaan Uwais pasti dikabulkan oleh Allah subhana wa taala. Maka Umar berkata, “Mohonkan ampun untuk saya.” Maka Uwais pun memohonkan ampun. Dan begitulah Uwais al-Qorni. Kemudian, bahkan di tahun berikutnya ketika ada rombongan Yaman lagi, Umar masih bertanya, “Uwais ada tidak bersama kalian?”

Ternyata dijawab, “Uwais tidak punya bekal sehingga dia tidak ikut bersama kami.” Dan kemudian orang itu bertanya, “Mengapa kamu bertanya tentang Uwais?” Kemudian Umar menyampaikan hadis Nabi tentang Uwais tadi. Begitu orang itu pulang, orang itu meminta agar didoakan, dimohonkan ampun oleh Uwais. Uwais berkata, “Kamu yang baru pulang dari perjalanan mulia yaitu perjalanan haji, maka kamu yang mendoakan saya.”

Orang yang baru pulang haji berkata, “Tidak, kaulah yang mendoakan aku. Doakan aku.” Kemudian akhirnya Uwais bertanya, “Pasti kamu bertemu Umar?” Dia berkata, “Iya.”

Maka kemudian Uwais mendoakannya. Subhanallah, ini orang yang mahal. Perlu kita catat dan digaris tebal ini bahwa ini orang yang mahal untuk zaman seperti ini. Ketika nyaris rasanya sulit mencari orang yang doanya langsung didengar Allah subhana wa taala karena terlalu banyak memasukkan barang yang haram. Maka kalau hari ini ada yang doanya langsung didengar oleh Allah subhana wa taala, betapa mahalnya orang itu. Dan ternyata salah satu cara untuk menjadi orang barokah seperti Uwais, sehingga doanya selalu didengar oleh Allah subhana wa taala adalah kalimat Rasul: Bahwa Uwais mempunyai ibu dan betapa baktinya ia kepada ibunya. Berbaktilah kepada kedua orangtua agar hidup kita diberkahi oleh Allah subhana wa taala, sehingga setiap kita meminta, Allah pasti akan mengabulkannya.

Semoga Allah subhana wa taala memberkahi kita semua. Wallahu taala alam bishowab.

Riset Ilmiah : Jasad Syuhada tak Membusuk

Hits: 3

Riset Ilmiah: Jasad Syuhada tak Membusuk

Dr. Abdul Hamid Al Qudhah menguraikan hasil riset ilmiah tentang mikroba dalam buku Al Mikrubat wa Karamatusy Syuhada yang telah diterjemahkan dengan judul Jasad Syuhada tak Membusuk.

Dimulai dari definisi dan penjelasan mikroba, keajaiban-keajaiban mikroba yang berhasil ditemukan melalui serangkaian riset hingga sarang-sarangnya. Banyak gambar ditampilkan untuk melengkapi dan mendukung data-data dalam buku itu.

Selanjutnya, ia mulai menjelaskan mengapa jasad Nabi dan syuhada tidak membusuk.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya menjelaskan bahwa jasad para Nabi tidak akan dimakan (binatang) tanah. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya yang paling utama di antara hari kalian adalah hari Jumat. Pada hari ini Adam diciptakan dan dimatikan. Pada hari ini pula terjadi peniupan sangkakala dan kematian massal. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari ini karena shalawat kalian itu akan diperlihatkan kepadaku.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami akan diperlihatkan kepadamu sedang jasadmu telah lapuk (remuk)” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan (binatang) tanah memakan jasad para Nabi alaihimus salam” (HR. An Nasai dan Ibnu Majah).

Sedangkan mengenai para syuhada, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah: 154).

Ayat ini banyak dimaknai bahwa jasad syuhada tidak dimakan mikroba sebagaimana jasad para Nabi. Terlebih ketika banyak ditemukan fakta bahwa jasad syuhada masih utuh. Misalnya jasad syuhada uhud dan mujahidin Palestina yang ditampilkan dalam buku tersebut.

Lalu mengapa mikroba tidak merusak jasad para Nabi dan syuhada? Sebab Allah-lah yang memerintahkan mikroba berbuat demikian. Allah yang menciptakan mikroba, membuat sunnatullah bahwa tugas mikroba menguraikan makhluk hidup yang telah mati, maka Dia pula yang bisa mengubah sunnatullah itu pada sesuatu yang dikehendakiNya. “Jadi, mikroba adalah makhluk yang sangat patuh kepada Penciptanya,” ujar Dr. Abdul Hamid Al Qudhahmenyimpulkan.

Doa Mulia untuk anak-anak kita semua

Hits: 5

Doa Mulia Untuk Anak-Anak Kita Semua

Sebagai orangtua tentunya kita ingin selalu mendoakan anak cucu keturunan kita semua dengan doa mulia untuk anak. Semua doa-doa kebaikan kita ucapkan dan pinta pada Allah SWT. Sehingga anak-anak mendapatkan kebaikan, perlindungan, hingga ridho dari yang Maha Kuasa.

Merangkum beberapa doa mulia untuk anak yang bisa dibacakan orangtua. Seperti diantaranya berikut ini.

Doa mulia untuk anak cucu keturunan kita
Ya Allah….

Jagalah putra putriku disaat penjagaanku tidak sampai kepada mereka…

Peluklah putra putriku pada saat tanganku tak mampu memeluknya…

Usaplah dan hapuslah air mata mereka pada saat tanganku tak dapat menghapusnya…

Lindungilah mereka dimanapun dan kapanpun

Karena Engkaulah sebaik-baik pelindung mereka ya Robb….

Tetapkanlah mereka agar senantiasa berada di jalan yang Engkau ridhoi….

Jauhkan mereka dari perbuatan keji dan mungkar ya Allah….

Karuniakan kepada mereka kesehatan rohani dan jasmani…

Jadikan mereka sebagai bagian dari keluargaMu ya Allah…

Tempatkan mereka di lingkungan orang-orang sholeh….

Yang akan menjadikan mereka cinta dan dekat kepada Engkau…

Jadikanlah mereka anak-anak yang berguna dimanapun kelak Engkau mereka tempatkan…

Jadikan hati mereka selalu terpaut kepada Engkau ya Allah…

Jadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup mereka…

Hiasilah ahlak mereka dengan ahlak mulia ya Allah…

Lapangkanlah hati putra putri kami ya Allah…

Jadikanlah hati mereka selalu bersyukur dan memaafkan kesalahan orang lain…

Kami orang tua anak-anak yang Engkau amanahkan kepada kami… Tetapi kami bukan pemiliknya ya Allah…

Maafkan kami…

Jika kami belum bisa jadi orang tua yang baik…..

Belum bisa mendidik mereka dengan baik..

Karena ketidaktahuan kami ya Robb…

Kami akan terus berusaha yang terbaik… Untuk menjaga fitrah mereka Ya Allah…

Saat ini…

Putra-putri kami hidup di saat fitnah begitu besar…

Banyak jalan untuk merusak mereka…

Tetapi kami yakin dengan doa kami ya Allah…

Kami tidak bisa selalu mengawasi mereka…

Aku mohon ya Allah…

Jaga dan lindungi mereka selalu…

Agar selalu ingat kepada Engkau…

Agar mereka malu berbuat maksiat…

Jaga pandangan dan lisan mereka ya Robb..

Engkaulah sebaik-baik pelindung putra-putri kami ya Allah

Pelihara Lidah dari 8 Perkara Ini

Hits: 7

Imam Al-Ghazali: Pelihara Lidah dari 8 Perkara Ini

Agama Islam terdiri dari dua bagian yaitu meninggalkan apa yang dilarang dan melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena melakukan amal ketaatan dapat dilakukan semua orang.

Sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.”

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (1058-1111) dalam Kitab ‘Bidayatul Hidayah’ memberikan nasihat agar manusia memelihara lidahnya dalam 8 perkara. Menurut Imam Al Ghazali, ketika seseorang bermaksiat sesungguhnya ia telah melakukan maksiat dengan anggota badannya, padahal anggota badan merupakan nikmat dan karunia besar Allah.

Terkait lidah, ia diciptakan agar dengannya kita bisa banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca kitab suci-Nya, memberi petunjuk kepada manusia. Lidah merupakan anggota badan yang paling dominan.

Imam Al-Ghazali rahimahullah berpesan untuk memelihara lidah agar kita tidak terjerumus ke dalam neraka. Maka, peliharalah lidahmu dari 8 perkara ini:

1. Berdusta.

Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan serius maupun bercanda. Jangan biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar.

2. Mengingkari Janji.

Jangan menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa berjanji, jangan sampai mengingkari janji itu kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan darurat. Nabi SAW bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”

3. Ghibah (Menggunjing).

Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang yang melakukan perbuatan itu lebih hina daripada tiga puluh orang pezina. Makna ghibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Walaupun engkau berkata benar, hindarilah untuk menggunjing secara halus. Misalnya menyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu ghibah dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, berdoalah secara rahasia. Cukuplah firman Allah ini menghalangimu dari gibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya,” (QS Al-Hujurat: 12).

4. Berdebat

Dengan berdebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu. Sedangmendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi SAW bersabda, “Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar, Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi”. Jangan sampai kita tertipu oleh setan yang berkata padamu, ‘Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah,’ Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan.

5. Mengklaim Diri Bersih dari Dosa.

Allah Ta’ala berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa” (QS An-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan menyebabkan datangnya murka Allah.

6. Mencela.

Jangan sampai mencela ciptaan Allah baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah. Karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?” Nabi SAW sendiri tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.

7. Mendoakan Keburukan Bagi Orang Lain.

Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan keburukan bagi makhluk Allah. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang. Kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat”. Bersabarlah dan doakanlah kebaikan untuk orang lain.

8. Bercanda, Mengejek dan Menghina Orang.

Peliharalah lidah dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Karena itu, jangan bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu, jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.

Demikian nasihat indah Imam Al-Ghazali tentang bahayanya lidah. Diceritakan bahwa Abu Bakar Shiddiq RA meletakkan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara kecuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber bagiku. Kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat.” Allahu A’lam.