Syekh Abdul Muhyi : Nasab dari ibu

Hits: 15

Goa Pamijahan Tempat Syeh Abdul Muhyi Mengembangkan Agama dan Mendidik Santrinya

Keberadaan Goa Pamijahan ( Goa Safarwadi ),tidak bisa dilepaskan dari Waliyulloh Syech Abdul Muhyi, penyebar agama Islam diwilayah Jawa Barat. Syech Abdul Muhyi menjadi tokoh ulama legendaris yang lahir di Mataram tahun 1650. Ia tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Gresik dan Ampel, Jawa Timur. Ia juga pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan tahun dan kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan menunaikan ibadah haji.Setelah berhaji, ia kembali ke Jawa untuk membantu missi Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Darma, Kuningan dan menetap di kota ini selama tujuh tahun. Kemudianmengembara ke Pameungpeuk, Garut Selatan, selama setahun.Melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi dan Lebaksiuh. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia bermukim di dalam goa yang sekarang dikenal dengan Goa Safarwadi untuk mendalami ilmu agama dan mendidik para santrinya.

Keberadaan Goa Pamijahan ini erat kaitannya dengan kisah perjalanan Syech Abdul Muhyi. Dikisahkan, ia mendapat perintah dari gurunya, yakni Syekh Abdul Rauf Singkel (dari Kuala Aceh) untuk mengembangkan agama Islam di Jawa Barat bagian selatan sekaligus mencari tempat yang disebutkan dalam ilham sebagai sebuah goa khusus . Setelah melalui perjalanan panjang dan berat, pada suatu hari ketika sedang asyik bertafakkur, memuji kebesaran Allah, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba menoleh ke arah tanaman padinya yang telah menguning dan sudah masanya untuk dipanen. Namun setelah dipanen, hasilnya hanya sebanyak benih yang ditanam. Mengetahui hal ini, ia menjadi sangat terkejut sekaligus gembira, karena itu adalah pertanda bahwa perjuangannya mencari goa sudah dekat. Upaya pertama untuk memastikan adanya goa yang dicari berhasil, dilanjutkan dengan cara menanam padi kembali di lahan sekitar tempat tersebut. Sambil terus berdoa kepada Allah SWT , upaya ini akhirnya juga mendapatkan hasil. Padi yang ditanam, berbuah dan menguning, lalu dipetik hasilnya, ternyata hasilnya sama seperti pada panen pertama. Hal ini semakin menambah keyakinan Syech Abdul Muhyi bahwa di tempat itulah (di dalam gunung) terdapat goa yang dicarinya.

Suatu hari ketika sedang berjalan ke sebelah timur gunung tersebut, sambil bermunajat kepada Allah SWT, Syech Abdul Muhyi tiba-tiba mendengar suara air terjun dan kicauan burung kecil dari tempat tersebut. Ia kemudian melangkah turun ke tempat di mana suara itu berada dan di sana ia melihat sebuah lubang besar yang ternyata sesuai dengan sifat-sifat goa yang ciri-cirinya telah ditunjukkan oleh gurunya. Saat itulah tangan Syekh Abdul Muhyi menengadah ke atas sambil mengucap doa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan pertolongan pada dirinya dalam upaya menemukan goa yang dicarinya. Setelah perjuangan berat dalam mencarinya selama kurang lebih 12 tahun ,usia Syech Abdul Muhyi pada waktu itu genap 40 tahun. Goa itu , kini dikenal dengan nama Goa Pamijahan , terletak di kaki bukit Gunung Mujarod . Nama ini diambil dari kata bahasa Arab yang berarti “tempat penenangan” atau dalam bahasa Sunda diartikan sebagai tempat “nyirnakeun manah”, karena Syech Abdul Muhyi sering melakukan taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) di dalam goa tersebut.Goa Pamijahan ini pada dasarnya memiliki makna khusus dalam perjalanan dakwah dan spiritual Syech Abdul Muhyi. Penemuan dan keberadaan goa ini seolah menjadi simbol yang menandakan bahwa perjalanan spiritual Syech Abdul Muhyi telah mengalami puncaknya. Selain itu, selalu terdapat makna dan fungsi khusus dalam setiap hal yang terhubung secara istimewa dengan tokoh yang menjalaninya.Hal ini bisa dipahami karena seperti yang diungkapkan oleh Martin Van Bruinessen, bahwa para tokoh sejarah Islam di nusantara khususnya, biasa melakukan pendekatan supranatural dalam rangka meningkatkan kharisma mereka. Goa besar di Pamijahan (Tasikmalaya Selatan) sebagai tempat Syech Abdul Muhyi melakukan ‘riyadhah spiritual’ menjadi salah satu pusat penyebaran tarekat Syathariyah di Pulau Jawa .

Adapun kata “Pamijahan” adalah nama baru di masa hidup Syech Abdul Muhyi . Wilayah ini disebut oleh Syech Abdul Muhyi dengan istilah Safar Wadi. Nama ini diambil dari kata Bahasa Arab, Safar yang berarti “jalan” dan Wadi yang berarti “lembah”. Jadi, Safar Wadi adalah jalan yang berada di lembah. Hal ini disesuaikan dengan letaknya yang berada di antara dua bukit di pinggir kali.Namun sekarang Safar Wadi dikenal dengan nama Pamijahan, karena banyak orang yang berdatangan berziarah berduyun-duyun, bagai ikan yang akan bertelur (mijah). Karena itu nama Safar Wadi kemudian berganti menjadi Pamijahan, sebab mempunyai arti yang hampir mirip dengan tempat ikan akan bertelur , bukan berarti tempat “pemujaan”.

Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat oleh Syech Abdul Muhyi bersama para santrinya.Di samping hamparan batu cadas terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zam-zam Pamijahan.” Air ini dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang Ramadan, para peziarah membawa botol untuk diisi air dari tempat tersebut.

Syech Muhyi oleh para wali lain disebut A’dzomut Darojat yang artinya “orang yang mempunyai derajat agung. Syech Abdul Muhyi dalam sejarah hidupnya adalah seorang yang zuhud, pintar, sakti dan terkenal berani dalam memerangi musuh Islam. Walau ia sudah ratusan tahun telah tiada, namun rohmat serta kekeramatannya masih banyak diburu, terutama oleh para peziarah yang minta berkah lewat wasilahnya. (E-001)

Ini 10 Golongan Manusia Saat Dikumpulkan di Padang Mahsyar

Hits: 4

Sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Mu’ad bin Jabal, pernah bertanya kepada Nabi SAW, bagaimana tafsir tentang firman Allah SWT surat An Naba [98] ayat 18, “Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok.” {Q.S An Naba [98]: 18}

Rasulullah SAW menjawab: “Wahai Mu’adz, engkau bertanya tentang sesuatu yang sangat besar.”

Kedua mata beliau pun meneteskan air mata, karena di golongan tersebut ada umat Rasulullah SAW. Selanjutnya Beliau bersabda: “Ada 10 golongan dari umatku yang akan dikumpulkan pada hari kiamat nanti dalam keadaan yang berbeda-beda. Allah memisahkan mereka dari jamaah kaum muslimin, dan akan menampakkan bentuk rupa mereka sesuai dengan amalnya di dunia. Di antara mereka:

Ada yang berwujud kera, yaitu orang-orang yang ketika di dunia suka mengadu domba di antara mereka.

Ada yang berwujud babi, yaitu mereka yang ketika di dunia gemar memakan barang haram, dan bekerja dengan cara yang haram.

Ada yang berjalan jungkir balik dengan muka terseret-seret, yaitu orang-orang yang ketika di dunia gemar memakan riba.

Ada yang buta kedua matanya, yaitu mereka yang suka berbuat zalim dalam memutuskan hukum.

Ada yang tuli, bisu, dan tidak tahu apa-apa, yaitu mereka yang ketika di dunia suka menyombongkan diri atas amal yang diperbuat.

Ada yang mengunyah lidahnya sendiri yang menjulur sampai ke dada, dan mengalir nanah dari mulutnya, sehingga jamaah kaum muslimin jijik kepadanya. Mereka adalah golongan ulama dan pemberi fatwa yang ucapannya bertolak belakang dengan perbuatannya.

Ada yang tangan dan kakinya dalam keadaan terpotong, mereka adalah orang yang ketika di dunia suka menyakiti tetangganya.

Ada yang disalib di atas batang besi yang panasnya dari neraka, yaitu mereka yang suka mengadu orang lain dengan pengaduan yang batil dan palsu.

Ada yang aroma tubuhnya lebih busuk dari bau bangkai, yaitu orang-orang yang suka bersenang-senang dengan menuruti syahwat dan kemauan mereka, tanpa mau menunaikan hak Allah SWT pada harta yang mereka miliki.

Ada yang berselimut kain yang dicelup aspal mendidih, yaitu mereka yang suka takabur, berlaku sombong, dan membanggakan diri.“ [H.R Al Qurtubi]

Hidayah dari Al Quran

Hits: 10

Subhanallah…

Bbrp hari ini sy berpikir ttg bagaimana caranya seseorang itu bisa dapat hidayah, sebab hidayah itu tdk bisa semua org mendapatkannya

Barusan sy baca suatu ayat… dimana ternyata hidayah bisa didapat jika (sering) membaca Al Quran…

Subhanallahhhh 😇

Allah SWT berfirman:

اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَا بِهًا مَّثَا نِيَ ۖ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
allohu nazzala ahsanal-hadiisi kitaabam mutasyaabiham masaaniya taqsya’irru min-hu juluudullaziina yakhsyauna robbahum, summa taliinu juluuduhum wa quluubuhum ilaa zikrillaah, zaalika hudallohi yahdii bihii may yasyaaa`, wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.”

(QS. Az-Zumar 39: Ayat 23)

Tangan X

Hits: 9

Berdasarkan kepercayaan kuno, garis tangan diyakini berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, bahkan menjadi tanda yang menggambarkan masa depan, karier, kehidupan, asmara, hingga masalah keuangan dan kesehatan.

Garis tangan juga menjadi kajian serius orang-orang zaman dahulu.

Jika dirunut dari sejarahnya, studi garis tangan sudah mulai dipraktikan sejak ribuan tahun lalu di India. Sebagaimana yang ditemukan dalam kitab Hindu.

Dari India, kemudian hal ini menyebar ke seluruh dunia, semisal ke China, Tibet, Mesir, Persia, dan beberapa kawasan lainnya di Eropa.

Dalam dokumen lainnya disebutkan pula bahwa Alexander The Great atau Alexander Agung juga memiliki minat untuk memelajarinya.

Ini bermula sejak ia penasaran dengan garis tangannya sendiri.

Ia diyakini memiliki garis tangan yang unik yang tak seorang pun menyamainya.

Seorang cerdik pandai asal Mesir, meyakini bahwa Alexander Agung memiliki garis tangan berbentuk huruf X yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain di dunia.

Bahkan dikatakan hanya ada 3% dari seluruh populasi di dunia ini yang memiliki garis tangan serupa.

Untuk menguji kebenaran klaim tersebut, STI University Moskow melakukan serangkaian penelitian untuk membuktikannya.

Mereka lantas memaparkannya lewat dokumen penelitian yang berjudul Garis Tangan X dan Hubungannya dengan nasib si pemiliknya.

Dalam penelitian yang menggunakan sample lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia, mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki bentuk garis tangan huruf X merupakan sosok seorang pemimpin yang memiliki pengaruh sangat besar di zamannya.

Mereka juga dikenang atas jasa-jasa besar mereka.

Beberapa diantara orang yang memiliki bentuk garis tangan ini antara lain Alexander The Great, Abraham Lincoln dan yang masih hidup yakni Vladimir Putin.

Mereka yang memiliki simbol huruf X di kedua telapak tangannya, bakal dikenang atas jasa-jasa besarnya sangat lama setelah kematiannya.

Sementara mereka yang memiliki simbol huruf X hanya di salah satu tangannya, ia akan menjadi orang yang sangat sukses serta menjadi orang terkenal.

Tak hanya itu, orang – orang ini juga diyakini memiliki intuisi indera keenam sangat kuat.

Mereka bisa merasakan akan datangnya bahaya, ancaman dan hal lainnya yang mengancam dirinya.

Mereka seolah dilindungi oleh energi positif di sekeliling tubuhnya.

Mereka juga akan dengan mudah mengetahui jika ada seseorang yang berbohong padanya.

Intuisinya pun sangat kuat untuk menyadari bahaya dari orang-orang yang iri maupun hendak berbuat jahat padanya.

Mereka mungkin akan memaafkan orang tersebut, tapi mereka tak akan melupakannya. Yang pasti, mereka sulit untuk dicelakai.

Lantaran intuisinya sudah memberikan alarm sebelum kejahatan itu benar-benar dilakukan kepadanya


Tanda-Tanda Kemunafikan Zaman Ini

Hits: 5

Munafik ialah sebuah perilaku di mana terdapat tiga ciri yang melekat kepadanya. Ialah bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia mengingkari dan bila dipercaya ia berkhianat. Orang-orang yang memiliki sifat munafik di dalam dirinya, dan hingga tiba ajalnya belum memohon ampun kepada Allah, maka telah disiapkan untuknya siksaan di jurang neraka-Nya.

Pada sebuah riwayat bahkan dijelaskan, bahwa munafik lebih berbahaya dari kekafiran pada diri seorang manusia. Tersebab itulah mengapa Allah ancam dengan siksaan yang teramat pedihnya. Karena salah satu sebab dari terpecahnya kesatuan umat Islam bersumber dari menebarnya orang-orang munafik di tengah kehidupan masyarakat.

Orang-orang yang pandai bicaranya, tetapi lemah dalam teladan perilakunya. Menerangkan ayat demi ayat dengan betapa bagusnya, tetapi justeru perbuatannya melanggar perintah-Nya. Berpenampilan sebagaimana orang taqwa, tetapi dengan kedudukannya justeru mengajarkan yang jauh dari syariat-Nya. Sungguh teramat bahayanya orang-orang yang semacam ini. Karenanya umat akan dibingungkan dengan fatwa yang tidak didasarkan pada dua pedoman utama. Lisannya bergerak sesuai keinginan dan kepentingan semata. Dakwahnya tidak lagi untuk memurnikan agamanya, tetapi menyesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pendengarnya.

Hasan Al-Basri menjelaskan di dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, “Di antara tanda kemunafikan adalah berbeda antara hati dan lisan, berbeda antara sesuatu yang tersembunyi dan sesuatu yang nampak, berbeda antara yang masuk dan yang keluar.”

Kemunafikan zaman ini sungguh lebih berbahaya dari kemunafikan masa silam, terkhusus pada era Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hudzaifah Ibnul Yaman menerangkan dalam kitabnya Hilyatul Auliya’, “Orang munafik saat ini lebih jelek dari orang munafik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu kemunafikan disembunyikan, sedangkan saat ini terang-terangan.”

Tersebab itulah penting bagi kita untuk mengetahui tanda-tanda dari kemunafikan zaman ini, sehingga dengannya kita dapat menimbang mana perkara yang benar disampaikan sesuai ketentuan dan mana yang hanya berdasar kepentingan.

1) Tidak amanah dan tidak jujur. Sebagaimana tertuang jelas pada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, berkhianat.”

Betapa hari ini kebenaran seperti sulit ditemukan. Kebohongan seolah-olah menjadi sesuatu yang biasa dan digunakan untuk mempermudah segala urusan. Fitnah menyebar di hampir setiap sisi kehidupan. Betapa pula banyak orang bernafsu mengambil amanah, tetapi banyak pula di antaranya yang gagal menunaikan.

2) Malas-malasan beribadah. Dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat ke 142, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Banyak dari manusia yang begitu semangat mengejar dunianya, tetapi bila berurusan dengan akhiratnya, mengabdi pada Rabb-Nya, sungguh kemalasan merasuk ke jiwanya. Sikap yang demikian itulah termasuk ke dalam golongan menipu Allah. Menjadi satu dari ciri orang-orang yang munafik.

3) Pandai berkata bijak, tapi berperilaku sebaliknya. Suatu ketika Umar bin Khatab pernah berkhutbah pada sebuah mimbar, ia mengatakan, “Yang aku khawatirkan pada kalian adalah orang berilmu yang munafik. Para sahabat lantas bertanya: “Bagaimana bisa ada orang berilmu yang munafik?” Umar menjawab, “Ia berkata perkataan hikmah, namun sayangnya ia melakukan kemungkaran.”

Jelas terlihat pada zaman ini, betapa banyak orang yang indah lisannya, tetapi tidak demikian pada sikap dan perilakunya. Dikenal sebagai seorang alim, bergelar guru, pendakwah, penceramah, tetapi keseharian sungguh beda dengan untaian lisan. Betapa yang demikian itu tidak mencerminkan teladan yang baik bagi umat.

Bukan hanya tidak sesuai dengan perkataan lisan, beberapa di antara mereka justeru ada yang berbuat kemungkaran. Dibalik mimbar mengumbar ayat-ayat Qur’an, dibelakang dengan mudah berbuat kemaksiatan. Di depan umum berpenampilan menawan, di baliknya berlaku jauh dari ketentuan. Sungguh orang-orang yang demikian ini teramat berbahaya. Betapa kemunafikan lekat pada dirinya, dan meskipun baik lisannya, tetapi Allah ancam ia dengan siksa yang teramat pedih kelak di dalam neraka.