Hits: 12
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cancer Research Center di London membuktikan pendapat Bintarti; pasien yang mempunyai semangat hidup, berumur jauh lebih panjang daripada yang tidak.
Penelitian tersebut dilakukan pada 57 pasien kanker payudara di King’s College Hospital, London, yang telah menjalani mastektomi. Sebanyak 7 dari 10 wanita yang mempunyai semangat hidup dapat bertahan hingga 10 tahun. Sementara itu, 4 dari 5 wanita yang putus asa terhadap penyakitnya tidak mampu bertahan lama.
Salah satu faktor penyebabnya, penderita yang mempunyai semangat hidup pada umumnya jauh lebih optimis dalam menjalani pengobatan. Sifat optimis inilah yang berperan besar dalam proses penyembuhannya.
Secara tidak langsung, penderita akan lebih mudah mengkonsumsi obat. Optimisme juga membuat penderita mau menjalani pengobatan yang diperlukan untuk menyembuhkan penyakitnya. (bersambung).
Suzanne C. Segerstrom dari Department of Psychology, University of Kentucky, Amerika, menambahkan betapa sikap optimis dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Menurutnya, optimisme dan sikap mental yang positif dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga berperan besar terutama terhadap penyakit yang membutuhkan kekebalan tubuh, antara lain HIV/AIDS dan kanker.
Pentingnya dukungan keluarga
Jika dalam keadaan sehat saja tidak semua orang memiliki tingkat semangat hidup yang sama, bagaimana dengan orang sakit? Menumbuhkan semangat terlebih yang benar-benar muncul dari diri penderita memang bukan persoalan mudah.
Apalagi, kondisi dan penyakit yang berbeda juga membuat tidak semua penderita bisa dituntut untuk mempertahankan semangat hidupnya. Untuk penderita yang secara medis kondisinya sudah sangat lemah, keluarga atau orang terdekatnya harus mempertimbangkan keinginan pasien; salah satunya adalah apakah ia masih ingin melanjutkan pengobatan atau tidak?
Jika penderita memilih untuk melanjutkan pengobatan, keluarganya dapat memompa semangatnya untuk sembuh. Namun jika tidak, semangat yang dipompakan lebih bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Bentuk dukungan dari keluarga yang diberikan bisa berbeda-beda. Cara yang paling umum adalah dengan menghadirkan suasana yang menyenangkan bagi penderita. Misalnya dengan menjaga perasaannya, bersedia diajak berbagi, dan kerelaan untuk mendampingi dalam kondisi yang mungkin berbeda dari sebelumnya. (bersambung).
Agar semangat muncul dari hati
Meskipun dukungan keluarga dan teman besar pengaruhnya, namun fungsinya berupa “suntikan” saja. Yang terpenting justru menumbuhkan semangat itu dengan sendirinya dalam diri penderita. Awalnya memang tidak mudah. Berikut ini beberapa cara menumbuhkan motivasi dan semangat hidup mereka yang sakit.
Menyadari kematian tidak hanya milik orang sakit. Jika waktunya telah tiba, orang sehat sekalipun bisa meninggal setiap saat tanpa bisa diduga waktunya.
Berpikir bahwa setiap detik adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan untuk berusaha.
Mencintai diri sendiri, dan tidak membenci penyakit. Pengalaman Dian dan Bintarti membuktikan berdamai dengan penyakit dan tidak terus-terusan memprotes keadaan, justru membuatnya merasa lebih nyaman
Berpikir positif. Ujian dan nikmat dari Tuhan bisa berupa kejadian yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Mensyukuri apapun yang terjadi. Masih banyak orang lain yang mendapat cobaan jauh lebih berat daripada kita, namun tidak memiliki kesempatan yang sama besar dengan kita. Misalnya, untuk berobat.
Membuka diri. Bergaul dengan orang lain dan berbagi perasaan bisa membuat beban kita menjadi lebih ringan.
Melakukan aktivitas yang disukai. Ini tidak saja dapat mengalihkan perhatian dari penyakit, namun sekaligus menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup.